Powered By Blogger

fotoku

Rabu, 20 Januari 2010

seminar 2

Seminar
“Kebangkitan Industri Film Indonesia”
“Film Nasional sebagai Industri konten”
Sebagaimana yang sudah diterangkan saat seminar, bahwa Industri konten merupakan kunci industry dan ekspor di abad ke-21.
“Film komersialisme dan film idealisme”
Film komersialisme dan film idealisme sama-sama menggambarkan tentang wajah atau karakter orang Indonesia terhadap film. Pada masa setelah reformasi (1998), banyak film-film terlaris di Indonesia yang mencapai lebih dari 1 juta penonton, film-film tersebut seperti : “Laskar Pelangi”, “Ayat-ayat Cinta”, “Petualangan Sherina”, “Naga Bonar jadi 2”, “Get Married”, “Jalangkung”, dll.
Poin ini semakin kuat jika melihat daftar film terlaris dari Amerika sepanjang masa, misalnya, didalam daftar itu, nyaris seluruhnya adalah film yang dicipta sebagaifilm dengan modus komersial ala “Hollywood”. Tapi, Film-Film komersial itu termasuk kategori kelas A, dengan standard dan nilai produksi tinggi, dan tidak jarang pula dipuji oleh para kritikus film Amerika atau bahkan dunia itu sendiri.

Dalam hal ini, para produser perfilman bertanya tentang “siapa penonton film kita”
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa penonton merupakan sebuah konsep yang abstrak dalam perfilman. Konsep ini sering kali dioperasikan tanpoa disadari keabstrakannya. Bahkan Industri film Indonesia memiliki kebiasaan yang unik, konon data kelarisan film di Indonesia biasa di hitung dari jumlah perolehan penontonnya. Hal ini dibuktikan dari beberapa penghargaan yang diberikan untuk perfilman di Indonesia sendiri, Seperti FFI dan sebagainya yang diadakan setiap setahunnya.
Dalam hal ini, baru film “Laskar Pelangi” yang menembus angka tertinggi penonton yaitu dengan jumlah penonton ± 4,2 juta penonton.

Masalah film Horor
Masalah dominannya film horror dalam satu decade terakhir Indonesia adalah sifat latah dan miskinnya variasi dalam industri film kita secara keseluruhan.. terbukti ketika ada genre lain yang menyeruak serta laris, penyakit ini pun pun menonjol. Kedua, para pengkritik film horor sering melupakan bahwa horror ini juga selalu menarik dan punya pasar khusus yang lumayan besar karena sifatnya berupa hiburan dengan sensasi kebutuhan yang langsung terasa.
Film horror termasuk jenis film yang mewajibkan adanya efek visual, tapi efek visual itu nbisa dibuat dengan teknologi relative mudah dan murah., apalagi dengan proses paskaproduksi atau editing secara digital. Teknologi digital pula yang memudahkan dan memurahkan proses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya